­

Peranan Tahitian Noni Terhadap Thalesemia

By 19.46 ,

Thalasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.

Talasemia dapat kita klasifikasikan berdasarkan jenis rantai globin yang terganggu. Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta.

A. Talasemia alfa
Pada talasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin. Dan kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang disebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts.Talasemia alfa sendiri memiliki beberapa jenis.

1. Delesi pada empat rantai alfa
Dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts. Gejalanya dapat berupa ikterus, pembesaran hepar dan limpa, dan janin yang sangat anemis. Biasanya, bayi yang mengalami kelainan ini akan meninggal beberapa jam setelah kelahirannya atau dapat juga janin meninggal dalam kandungan pada minggu ke 36-40. Bila dilakukan pemeriksaan seperti dengan elektroforesis didapatkan kadar Hb adalah 80-90% Hb Barts, tidak ada HbA maupun HbF.

2. Delesi pada tiga rantai alfa
Dikenal juga sebagai HbH disease biasa disertai dengan anemia hipokromik mikrositer. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopis dapat dijumpai adanya Heinz Bodies.

3. Delesi pada dua rantai alfa
Juga dijumpai adanya anemia hipokromik mikrositer yang ringan. Terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH.

4. Delesi pada satu rantai alfa
Disebut sebagai silent carrier karena tiga lokus globin yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal

B. Talasemia beta
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus talasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Anak penderita talasemia kadang sudah mulai ditransfusi pada awal-awal kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan terganggu, pucat, lemah. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam.
Selama hidupnya penderita akan tergantung pada transfusi darah. Setelah ditransfusi, penderita talasemia menjadi segar kembali. Kemudian darah yang sudah ditransfusikan tadi setelah beberapa waktu akan hancur lagi. Kembali terulang penderita kekurangan oksigen, timbul gejala lagi, perlu transfusi lagi, demikian berulang-ulang seumur hidup. Bisa tiap minggu penderita memerlukan transfusi darah, bahkan bisa lebih sering. Jadi seperti di cerita Drakula, kalau sudah menghisap darah menjadi segar lagi.
Celakanya, darah yang ditransfusi terus-menerus tadi ketika hancur akan menyisakan masalah besar yaitu zat besi dari darah yang hancur tadi tidak bisa dikeluarkan tubuh. Akan menumpuk, kulit menjadi hitam, menumpuk di organ dalam penderita misalnya di limpa, hati, jantung. Penumpukan di jantung sangat berbahaya, jantung menjadi tidak bisa memompa lagi dan kemudian penderita talasemia meninggal.
Untuk membuang zat besi dalam tubuh ada obatnya yaitu desferoksamin, ada yang disuntikkan dan ada yang diminum. Namun harganya mahal sekali. Sehingga untuk perawatan seorang penderita talasemia dibutuhkan biaya yang banyak sekali yaitu sekitar Rp 250.000.000/tahun. Untuk mempertahankan hidupnya, keluarga yang kaya sekalipun bisa menjadi miskin. Uang sebesar itu untuk transfusi, obat pengambil zat besi, obat-obat penunjang lain, pemeriksaan laboratorium, dan berbagai keperluan perawatan talasemia.
Salah satu ciri fisik dari penderita talasemia adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung menonjol (disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos. Perut membuncit karena limpa, hati membesar, bahkan kadang-kadang perlu limpanya diangkat karena membesar tadi.

Pencegahan dan pengobatan
Untuk mencegah terjadinya talasemia pada anak, pasangan yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya.
Peluang untuk sembuh dari talasemia memang masih tergolong kecil karena dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan donor dan biaya. Untuk bisa bertahan hidup, penderita talasemia memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam tubuh.
Penderita talesemia juga diharuskan menghindari makanan yang diasinkan atau diasamkan dan produk fermentasi yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Dua cara yang dapat ditempuh untuk mengobati talasemia adalah transplantasi sumsum tulang dan teknologi sel punca (stem cell).

Tahitian Noni Bioactive Beverage Mereduksi Kerusakan Seluler
Tahitian Noni Bioactive Beverage (TNBB) mencakup kombinasi komponen yang bekerja pada tingkat seluler untuk meningkatkan fungsionalitas positif berbagai sel di dalam tubuh, diantaranya regenerasi seluler dan fungsi sel, meningkatkan kemampuan sel mengabsorbsi nutrisi bermanfaat, seperti vitamin dan mineral. Lebih lanjut, TNBB dapat membersihkan radikal bebas lipid hidroperoksida dan anion superoksida di dalam tubuh untuk mereduksi kerusakan seluler

Paten (WO 02/43664 A2) – 6 Juni 2002
REDUCING CELLULAR DAMAGE IN THE HUMAN BODY

Atau Copi-Paste link dibawah ini :
http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19-10&SORT=11315779-KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1331808&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT=1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG%2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG&SEARCH_IA=US2001047203&QUERY=%28WO+AND+02%2F43664%29+

• Kerusakan struktur dan fungsi seluler terjadi akibat serangan radikal bebas terhadap protein, lemak, karbohidrat, dan DNA penyusun sel-sel tubuh.
• Membersihkan radikal bebas berarti meningkatkan mekanisme pertahanan terhadap stress oksidasi sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit.
• Stimulasi produksi sel limfosit T dapat meningkatkan respon imun untuk mencegah infeksi, membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus.
Penemuan ini mengungkap suatu metode untuk menginhibisi, mereduksi, dan/atau mencegah mutagenesis, atau menginduksi aktivitas antimutagenesis, melalui pemberian propilaktif formula naturaseutikal yang mengandung minimal satu produk olahan Morinda citrifolia L. Penemuan ini menghadirkan komposisi alami atau naturaseutikal untuk menghambat mutagenesis bila yang terjadi secara alami maupun spontan, serta mutagenesis yang diinduksi oleh pengaruh lingkungan di dalam tubuh.

Paten (USPTO 20030157205 A1) – 21 Agustus 2003
Inhibitory and preventative effects of processed morinda citrifolia on mutagenesis and carcinogenesis in mammals

http://appft.uspto.gov/netacgi/nph-
• Mutagenesis adalah kerusakan DNA yang terjadi secara alami akibat replikasi DNA yang tidak tepat sewaktu reproduksi, atau secara spontan akibat toksin, polutan; zat berbahaya lainnya dari lingkungan (radiasi dan efek semping zat kimia), stress, serta kerja fisik yang berat.
• Mutagen bersifat karsinogenik dan tertogenik, dapat merusak DNA dan mengganggu fungsi dasar seluler. Bila membentuk sekuens yang tidak berpasangan akan diwariskan pada sel anak, terjadi mosaikisme (disorganisasi pertumbuhan dan diferensiasi) sehingga terjadi kecacatan organ sejak lahir.
• Morinda citrifolia L. memiliki efek antimutagenesis, artinya dapat menurunkan frekuensi mutasi sel secara komulatif. Manfaatnya dapat mereduksi mutasi akibat bakteri, obat/antibiotik; mutasi penyebab kanker, penyakit genetik, dan aging.
• Morinda citrifolia L. dapat meningkatkan sistem enzim antioksidan sel tubuh.
• Naturaseutikal Morinda citrifolia L. dapat memperbaiki kerusakan DNA pada kasus kanker atau penyakit kronis lainnya.
• Morinda citrifolia L. dapat mencegah mutasi akibat gangguan fungsi enzim sitokrom yang dipicu pemakaian obat.

Penyakit yang berhubungan dengan mutasi (kerusakan sel): alergi, alzheimer, arthritis, asma, aterosklerosis, pendarahan gusi, pendarahan internal, luka memar, kanker, katarak, sirosis, diabetes tipe II, pengerasan arteri, serangan jantung, hemoroid, hipertensi, peradangan jaringan, kerusakan ginjal dan liver, kelemahan seksual, gangguan menstruasi, migrain, multiple sklerosis, parkinson, psoriasis, gangguan retinopati, rheumatik, stroke, stress, pembengkakan sendi, pembengkakan vena.

PESAN SEKARANG

You Might Also Like

0 comments